
Ucapan yang keluar dari nafs yang penuh gejolak dan hati yang buruk akan menggerakkan dan membangkitkan keburukan dari lawan bicaranya. Oleh karena itu, pada saat berbicara hendaknya manusia memperhatikan nafs-nya ataupun nafs orang lain agar
Wadah (lahan) ucapan adalah hati,
gudangnya adalah pikiran (fikr), penguatnya adalah akal, pengungkapnya adalah
lisan, jasadnya adalah huruf, ruhnya adalah makna, hiasannya adalah i’rob dan
aturannya adalah kebenaran. Pengaruh ucapan pada pendengar tergantung pada nafs
pembicara. Jika ucapan tersebut muncul dari jiwa yang kuat, maka akan
memberikan kesan yang kuat. Dan jika muncul dari jiwa yang lemah, maka akan
memberikan kesan yang lemah. Oleh karena itu sebelum berbicara manusia harus
memperhatikan keadaan jiwanya agar kalimat yang ia ucapkan muncul dari jiwa
yang tenang (sakînah), sehingga ia dapat berbicara kepada temannya dengan lemah
lembut, dapat merebut dan menyenangkan hatinya, dan tidak membuatnya marah.
Allah SWT berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik." (QS An-Nahl, 16:125)
"Tolaklah (kejahatan) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS
Fushshilat, 41:43)
"Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."
(QS Fushshilat, 41:35)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang
yang memiliki sifat-sifat mulia akan memperoleh karunia yang sangat besar dari
Allah. Pahamilah persoalan ini dan berusahalah untuk berperilaku dengan
sifat-sifat mulia tersebut, yakni dengan akhlak kaum khowwâsh (khusus).
Wahai saudaraku, perhatikanlah
akhlak-akhlak yang mulia ini dan berlombalah untuk meraihnya. Pergaulilah
manusia dengan sopan santun. Hindarilah gejolak nafs, karena bila nafs
bergejolak, ia akan kembali pada tabiatnya, yaitu cenderung untuk melakukan
perbuatan buruk dan menampakkan aib. Sedangkan jika nafs telah rela dan senang,
maka ia akan merasa lapang dan siap untuk melakukan berbagai perbuatan baik.
Jauhilah pertentangan dan
pertengkaran dengan segenap tenagamu, baik secara lahir maupun batin. Jika kamu
tidak mampu menghindarinya secara batiniah, maka hindarilah secara lahiriah.
Perlakukanlah temanmu dengan baik, sebab pertentangan merupakan sumber
keburukan dan bencana, sebagaimana dikatakan: Pertentangan membangkitkan
permusuhan dan permusuhan mendatangkan bencana.
Oleh karena itu wahai saudaraku,
berusahalah untuk hidup rukun dan tenangkanlah nafs-mu, karena jika antara hati
yang satu dan yang lain telah saling bersesuaian, maka manusia akan mudah
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan keberkahan pun akan turun. Ali kwh
berkata: Biasakanlah dirimu untuk berniat dan bertujuan baik, niscaya kamu akan
sukses.
Betapa banyak niat lebih
bermanfaat daripada amal. Pahamilah hal ini!
Perbaikilah akhlakmu, niscaya
kamu akan mendapat petunjuk dalam setiap urusanmu. Ilmu diperoleh dengan
belajar sedangkan hilm (sabar, santun) diperoleh dengan latihan.
Dikatakan dalam sebuah syair:
Sebelum jadi penyantun
ia dipukul dengan tongkat dahulu
Seseorang dididik
tak lain agar berilmu
Manusia harus menjaga ucapannya,
jangan sampai ia mengucapkan kata-kata buruk atau menceritakan pembicaraan yang
buruk kepada seseorang, karena kelak ia akan terkena aibnya dan akan mendapat
dosa paling banyak. Seorang penyair berkata:
Tak akan berkata jorok, si orang mulia,
Tak akan pula menghapal ucapan tercela
Ia curahkan semua tenaga,
Dan bila bicara indah dan benar ucapannya
Seorang manusia hendaknya tidak
berbicara ketika berada dalam keadaan emosional atau marah. Sebab, saat itu
nafs-nya sedang bergolak dan berkobar sehingga ia mudah tergelincir dalam
kesalahan. Oleh karena itu, hendaknya ia bersabar hingga nafs tenang.
Posting Komentar